Translate

Selasa, 31 Juli 2012

Muda Bertaqwa


Muda Bertaqwa

Suatu ketika ada seorang yang bernama Al-Akhnas datang kepada Nabi Muhammad SAW di Madinah untuk menyatakan diri masuk  islam. Dia dikenal sebagai laki-laki yang pintar beretorika sehingga mampu membius orang yang ada disekitarnya melalui kata-kata yang keluar dari mulutnya, demikian juga dengan Nabi Muhammad menjadi terkagum karena retorikanya. Setelah keluar dari majelis nabi, dia melewati kebun tanaman dan binatang ternak milik kaum muslimin. Ia membakar kebun itu dan membunuh binatang-binatang ternak tersebut. Perilaku Al-akhnas ini merupakan ciri dari orang munafik, di dalam dia menyatakan keimanan tapi diluar menampakkan kekafiran. Istilah lain dari hal tersebut adalah hipokrit.

Perilaku munafik alias hipokrit bukan merupakan karakter orang beriman apalagi pemuda beriman. Oleh karena itu, Allah mengingatkan kita tentang orang munafik semacam Al-akhnas itu dalam Al-quran surat Al-baqarah ayat 206 yaitu “Dan apabila dikatakan kepadanya : ‘bertakwalah kepada Allah’, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkan berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka jahanam dan sesungguhnya neraka jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya”.  Ternyata taujih robbani yang berupa perintah bertakwa direspon dengan kesombongan yang berujung pada perbuatan dosa. Oleh karena itu, menghindari karakter munafik adalah tugas utama para pemuda muslim disepanjang jaman. Lebih berprioritas lagi, di era teknologi informasi, karena kadang teknologi menjadi sarana penunjang untuk melakukan tindakan hipokrit. Oleh karena itu, jadilah Pemuda Beriman.

Pemuda yang mampu untuk menghadapi karakter kemunafikan. Pemuda ini memiliki karakteristik : bertakwa kepada Allah SWT, tidak sombong, tidak berbuat dosa, selalu berharap surga dan berlindung dari api neraka. Dengan takwa menjadikan pemuda ini taat kepada Allah SWT, ketika sendirian maupun ketika bersama sama dengan pemuda lain dalam segala aktivitas.  

Tidak sombong menjadikan pemuda mampu berfikir rasional dan tidak menolak kebenaran.  

Tidak berbuat dosa merupakan life style kesehariannya, karena pemuda ini berusaha keras untuk menjauhkan diri dari berbagai macam dosa yang sering menimpa pemuda seperti dosa mata, dosa hati, dosa pikiran, dosa kaki maupun dosa tangan.  

Mengharap surga adalah isi dari untaian doa yang dipanjatkan setiap habis sholat, dan keterlibatan mereka dalam berbagai aktivitas kepemudaan, baik di kampus, sekolah, kampung adalah semata-mata untuk mengharapkan keridhoan Allah SWT dan surga-Nya.

Berlindung dari api neraka adalah misi hidupnya, misi ini selalu diperjuangkannya agar keluarga dan lingkungannya terhindar dari panasnya api neraka. Pemuda-pemuda semacam inilah yang dibutuhkan oleh islam untuk menjadi contoh keteladanan dan kebaikan, menjadi corong untuk menyuarakan keindahan islam ke seluruh lapisan masyarakat. Sesungguhnya diperlukan usaha yang keras agar pemuda beriman tersebut ada dalam jumlah yang banyak dan berkualitas. Usaha itu berupa pembinaan (tarbiyah) pemuda yang terstruktur, sistematis dan  berkelanjutan. Pembinaan itu akan menjadikan karakter kemunafikan semakin pupus di muka bumi ini, dan karakter keimanan semakin mendominasinya. Dan untuk itulah maka didirikan Pesantren Mahasiswa (PESMA) SDM IPTEK, sebagai ikhtiyar untuk berkontribusi dalam perbaikan umat (islah).

Percaya Diri, Sombong, Atau Rendah Diri


Masih ada salah pengertian antara beda makna percaya diri dan sombong. Apa yang menjadi perbedaan antara percaya diri dan sombong? Apakah orang sombong itu menunjukan kepercayaan diri yang tinggi atau justru lemah? Apakah orang yang memiliki cita-cita melebihi cita-cita kita bisa disebut sombong? Pertanyaan ini perlu dijawab dengan tuntas agar kita terhindar dari sikap sombong, tetapi bisa meraih manfaat percaya diri.

Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang berserah diri“. (QS.An Naml:30-31)

Dari Iyadl Ibnu Himar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri, sehingga tidak ada seorang pun menganiaya orang lain dan tidak ada yang bersikap sombong terhadap orang lain.” (HR.Riwayat Muslim.)

Dari ayat dan hadits di atas, ada satu kata yang mengikuti kata sombong, yaitu terhadap… Artinya kata sombong bersifat komparatif, yaitu membandingkan dengan orang (makhluq) lainnya. Artinya kesombongan bermakna dalam hal merasa lebih tinggi, lebih baik, atau lebih lainnya dengan orang atau makhluq lainnya. Dia merasa lebih hebat daripada orang lain. Bahkan banyak yang merasa lebih hebat dibanding Nabi, sehingga tidak mendengar apa yang dikatakan oleh para Nabi.

Jika sombong lebih kepada membandingkan dengan orang lain, maka Percaya Diri [PeDe] justru sebaliknya. Percaya Diri lebih berfokus pada kesamaan antara manusia. Orang akan percaya diri jika dia merasa sama dengan orang lain. Merasa memiliki perbedaan, justru akan menimbulkan sikap negatif. Merasa lebih rendah disebut rendah diri. Sementara orang yang merasa lebih baik disebut sombong.

Rendah diri ada yang positif dan ada yang negatif. Rendah diri dihadapan Allah adalah rendah diri yang positif, sementara rendah diri di hadapan manusia adalah perbuatan tercela. Tidak ada makhluq yang lebih mulia di sisi Allah, kecuali karena ketaqwaanya. Artinya manusia itu sama, sehingga yang menentukan nanti di akhirat hanyalah ketaqwaanya. Bukan pangkat, pendidikan, jabatan, dan harta kekayaan. Kita tidak perlu merasa rendah diri dihadapan siapa pun, kecuali di hadapan Allah.
Allah SWT menciptakan manusia sama derajatnya sebagaimana tertuang dalam surat al-Hujarat ayat 13 yang artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa”.
Justru, jika kita yakin bahwa kita sama dengan orang lain, akan muncul suatu sikap percaya diri. Jika orang lain bisa melakukan hal yang luar biasa, maka Anda pun bisa melakukannya. Teknologi NLP sudah banyak menunjukan bahwa kita bisa melakukan apa pun yang kita ingin lakukan. Apa lagi jika sudah ada orang lain yang pernah melakukannya. Yang seringkali menghambat kita untuk melakukan hal yang sama dengan orang lain, karena justru pikiran kita sendiri. Atau apa yang kita lakukan, belum sama dengan orang lain.

Intinya, kepercayaan diri menganut prinsip kesamaan antara kita dengan orang lain. Allah menciptakan manusia sama dengan segala potensinya. Jika kita seolah tidak bisa melakukan apa yang dilakukan oleh orang lain, sesungguhnya karena kita belum tahu caranya secara akurat. Mungkin kita baru melakukannya sebagian. Namun disayangkan, kita sering terburu-buru mengubur potensi diri kita sendiri.


Saat ada orang lain yang memiliki cita-cita tinggi. Bahkan jauh lebih tinggi dibanding keyakinan kita. Anda tidak perlu menyebutnya sombong. Anda sendiri bisa memiliki cita-cita dan kemampuan untuk meraihnya seperti orang lain. Yang Anda perlukan ialah bagaimana memompa pikiran Anda agar memiliki keyakinan yang sama dengan orang lain. Jadi, sebelum mengatakan orang lain sombong, mungkin kitanya yang rendah diri. Sering kali, kita hanya melihat orang lain. Kita dengan mudah mengatakan orang lain sombong, padahal bisa jadi kesombongan sebenarnya begitu melekat dalam diri kita. Mudah-mudahan artikel tentang kesombongan ini bisa menjadi bahan instropeksi diri. Kita, termasuk diri saya yang tidak mustahil memiliki sikap sombong yang tidak terasa. Yuk, kita sama-sama instropeksi atau muhasabah diri.

Kesombongan yang paling utama adalah merasa tidak perlu Allah. Terutama orang-orang yang berfahamkan materialis. Mereka mengatakan bahwa mereka sukses karena usaha mereka sendiri. Tidak pernah menyebutkan Siapa yang ada dibalik kesuksesan tersebut. Bahkan banyak yang mengatakan semua yang ada dunia ini adalah hasil pemikiran manusia. Memang parah, tetapi ajaran seperti perlu kita cermati dalam konsep-konsep pengembangan diri modern saat ini. Tentu saja, Anda yang membaca situs ini tidaklah seperti itu. Saya yakin, Anda (umat Islam) mengakui peran Allah dalam kesuksesan diri kita. Kita perlu Allah, kita perlu ijin, bantuan, dan pertolongan Allah untuk sukses. Tapi, kita perlu mewaspadai tindakan tanpa kita sadari dimana kita bertindak seolah kita bisa sukses hasil usaha diri sendiri saja.
Banyak orang yang “lupa” berdo’a sebelum bertindak. “Lupa” meminta pertolongan sebelum kita melakukan sesuatu. Ini juga bentuk kesombongan. Seolah kita tidak perlu Allah, kita mengalir saja.

Kita hanya ingat Allah saat kita mengalami kegagalan. Saat kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi, baru ingat Allah. Kenapa tidak dari awal meminta petunjuk Allah bagaimana cara bertindak dengan benar? Inilah bentuk kesombongan. Mungkin tidak sesombong orang lain yang sama sekali tidak mengakui peran Allah, tetapi tetap saja sombong. Mudah-mudahan sejak saat ini, kita selalu menyertakan Allah dalam setiap tindakan kita. Tunjukan kalau kita itu butuh pertolongan Allah. Berdo’a dan bertawakal sebelum bertindak, saat bertindak, dan setelah selesai bertindak.

Bentuk kedua kesombongan adalah tidak butuh orang lain atau merasa lebih baik dibandingkan orang lain. Semuanya dikerjakan sendiri. Merasa pekerjaannya yang paling baik. Tidak percaya orang lain, tidak mau bekerja sama orang lain. Mau sich “kerja sama”, tetapi orang lain yang harus mengikuti dia. Dia sendiri tidak mau mengikuti orang lain.
Kedua bentuk kesombongan ini jelas akan menggelincirkan kita dari jalan menuju sukses. Bukan hanya menjauhkan kita dari sukses dunia, juga dari sukses akhirat. Kita berlindung kepada Allah, agar kita dijauhkan dari kesombongan ini. Mudah-mudahan kita juga diampuni atas kesombongan kita di masa lalu.

Percaya diri memegang peranan sangat penting dalam keberhasilan seseorang. Kita bisa melewatkan berbagai kesempatan bagus jika kita tidak percaya diri. Krisis percaya diri adalah salah satu penghambat terbesar dalam bertindak. Bukan hanya ragu bertindak, bahkan tidak bertindak sama sekali. Pertanyaanya ialah, apakah Anda percaya diri? Berikut adalah ciri-ciri orang yang tidak percaya diri, silahkan periksa diri Anda sendiri :

Membicarakan Kejelekan Orang Lain
Saat seseorang merasa dirinya “jelek” dia akan berusaha mencari teman dan membuat orang lain supaya terlihat tidak lebih baik darinya. Oleh karena itu dia akan membicarakan kejelakan orang lain supaya terkesan tidak ada yang lebih baik darinya. Jika orang lain sudah terungkap kejelekannya maka dia merasa bahwa dia tidak menjadi orang yang paling jelek. Jelek disini bukan dalam masalah fisik tetapi tingkah laku dan kemampuan. Jika Anda sering berhadapan dengan orang yang suka membicarakan kejelekan orang lain, waspadalah suatu saat Anda akan mendapat giliran untuk dibicarakan.

Tidak Menghargai Karya Orang Lain
Karena dia merasa tidak bisa menghasilkan karya yang bagus maka karya orang lain tidak pernah dihargai. Sekali lagi dia takut orang lain dianggap lebih baik darinya. Dia hanya mau menghargai karya seseorang yang sudah diakui secara umum. Sebagai contoh nyanyian temannya tidak dia hargai sementara dia hanya mau menghargai nyanyian seorang artis terkenal, padahal bisa saja nyanyian temannya lebih bagus.
Sebenarnya masih banyak ciri-ciri yang lain, tetapi dua ciri ini cukup menonjol yang sering kita jumpai. Intinya ciri orang yang krisis percaya diri ialah tidak mau orang lain dianggap lebih baik darinya.

Sementara hati kecilnya mengakui kalau dia itu tidak lebih baik, maka jalan keluarnya ialah dengan menjatuhkan orang lain atau karya orang lain. Seseorang yang percaya diri, dia tidak akan peduli bagaimana karya orang lain atau apa yang dilakukan oleh orang lain, karena dia sendiri merasa mampu berbuat yang sama atau yang lebih baik. Orang yang percaya diri akan mampu mengakui kehebatan orang lain dalam satu bidang, sebab dia yakin bahwa dia juga memiliki suatu kelebihan dibidang lain. Yang penting ialah janganlah kita menjadi sombong. Percaya diri berbeda dengan sombong. Orang yang tidak percaya diri sering menuding orang yang percaya diri dengan sombong, padahal keduanya berbeda. Sombong adalah merasa dirinya lebih baik dari orang lain, sementara percaya diri ialah yakin bahwa dirinya memiliki potensi luar biasa pemberian Allah.

 Diperlukan usaha yang keras agar pemuda beriman adadalam jumlah yang banyak dan berkualitas. Usaha itu berupapembinaan (tarbiyah) pemuda yang terstruktur, sistematis danberkelanjutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar